SAUMLAKI, primarakyat.net – Perilaku seksual menyimpang saat ini dirasa cukup mengkhawatirkan. Ironisnya, pelecehan seksual sesama jenis (homo seks) bukan hanya dilakukan oleh kalangan orang dewasa, namun sudah merebak ke remaja, yang notabene usia pelajar.
Hal ini menjadi perhatian serius para guru dalam mengawasi anak didiknya saat berada di sekolah, namun peran sangat penting orang tua mengawasi anaknya yang memakan waktu lama bersama-sama di rumah.
Pelecehan seksual sesama jenis atau homo seks merebak diusia pelajar ini terjadi di Desa Alusi Krawain Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
Diduga sejumlah pelajar di salah satu sekolah dasar di Desa Alusi Krawain menjadi korban home sekes ulah nonton film porno.
Kepala Sekolah mengaku benar pelecehan seksual (sesama jenis) yang menyimpang siswanya, namun kejadian tersebut diluar jam sekolah.
“Benar, informasi kami terima tanggal 8 November 2021 setelah upacara bendera, ada teman guru langsung mengantarkan dua anak (siswa), satu anak kelas 5 dan satu anak kelas 4 semua jenis kelamin laki-laki di antar ke ruang kantor sekolah,”kata Kepala Sekolah atau Kepsek ditemui diruang kerjanya, Senin (29/11/2021).
Kepsek menjelaskan, dua siswa ini menceritakan kejadian dugaan seksual yang dialami dan saat itu langsung mempraktekannya sesuai dengan apa yang mereka perbuat.
“Setelah mendengar penjelasan dari kedua anak (siswa) tersebut, langsung bertemu dengan bapak kades dan sampaikan kejadian asusila yang bukan terjadi di sekolah tetapi diluar sekolah,”ujar Kepsek.
Menurutnya, peran kepsek dan guru menyampaikan kasus ini ke Kades sangat penting, tujuannya bersama-sama memberantas kejahatan tersebut sehingga tidak terulang lagi.
“Kami sampaikan kepada bapak Kades, bahwa kami sangat prihatin terhadap kejadian ini setelah kami mendengar dan mengetahuinya, untuk itu peran kami sebagai kepala sekolah dan guru kerjasama dengan pemerintah desa untuk memberantas hal-hal seperti ini, sehingga tidak terulang lagi,”tuturnya saat bertemu dengan Kades Alusi Krawain.
Lanjut Kepsek, setelah kerjasama pihak sekolah dengan pemerintah desa panggilah kedua anak untuk dimintai keterangan, ternyata benar, keterangannya sama seperti keterangan diperolah pihak sekolah.
“Sesuai keterangan yang kami peroleh dari dua anak, maka berkembang ada juga anak-anak yang lain ikut terlibat dalam kasus tersebut. Jadi mereka berbuat ini menonton film porno,”kata Kepsek.
Film porno ini, sambung Kepsek, diperlihatkan atau ditontonkan oleh seorang pemuda saat duduk bersama-sama dengan kedua anak atau remaja di salah satu tempat santai (gang), selang beberapa hari kemudian terjadi praktek seksual.
“Jadi yang punya hp (hendpone) panggil anak-anak itu datang dan sama-sama duduk di gang (tempat santai) lalu putar dan bersama-sama nonton, yang nonton saat itu tiga anak, sedangkan yang punya hp itu keluar dari gang dan biarkan anak-anak itu nonton film porno,”jelasnya sembari menyebut pemilik hp itu berusia lebih dari 20 tahun.
Adanya kejadian itu, kata Kepsek, suasana pembelajaran di sekolah terasa sangat berbeda dengan sebelumnya, siswa yang mengalami perjumpaan dengan asusila itu tidak fokus terhadap pelajaran.
“Mereka rasa bingung dan terbayang ingatan dengan seksual tersebut, sehingga sudah tidak fokus terhadap pelajaran yang guru berikan, nah ini saya sudah sampaikan kepada bapak kades untuk gelar pertemuan bersama masyarakat agar sama-sama berantas kasus ini, sehingga tidak berdampak buruk atau merusak moral generasi muda kita di desa ini,”pintanya.
Sementara Kades Alusi Krawain, Norbertus Suarlembit membenarkan adanya informasi kasus tersebut diperoleh dari Kepsek dan dibenarkan oleh dua orang siswa dan keterangannya sama seperti disampaikan Kepsek.
“Setelah kami peroleh keterangan, langsung kami melakukan pelacakan dan bukan lagi dua siswa, tetapi kasus ini merambat sampai sepuluh siswa, dimana sepuluh siswa itu diantarnya delapan siswa berasal dari SD dan dua siswa SMP, semua jenis kelamin laki-laki dan semua mengakui perbuatan mereka yaitu homo seks memang terjadi,”ujar Kades.
Dari hasil penelusuran, Kades menyebutkan, ada 9 titik atau tempat yang mereka (anak-anak,red) lakukan homo seks, salah satunya di pantai.
“Kami mencoba lagi menelusuri sebab akibat anak-anak ini melakukan home seks, ternyata anak-anak ini mengaku akibat menonton film bokep, saya tanya ke anak-anak, film bokep itu apa, mereka bilang film kurang ajar, lalu saya tanya didalam film bokep itu siapa saja, mereka bilang bapak dengan mama, lalu tanya lagi bapak dengan mama buat apa, mereka sebut istila disini bilang baku bodoh, berarti itu pemahaman anak sebatas dia tahu dan ungkapan seperti itu,”jelasnya.
“Saya tanya lagi, kamu nonton film itu di siapa punya televisi dan di rumah siapa, lalu mereka bilang (sebut seorang pemuda inisial TM), ada yang bilang lagi nonton film porno itu dari adiknya TM dan FM,”tambah Kades.
Terhadap pelaku, kata Kades, sudah melayangkan surat panggilan, namun tidak satupun memenuhi panggilan tersebut, bahkan pemerintah desa ingin bertemu orang tua pelaku guna menglarifikasi persoalan tersebut, namun tidak menghendaki permintaan Kades.
“Saya buat surat panggilan kedua, sampai detik ini mereka tidak datang. Menurut kami, ini adalah merusak moral, sehingga kami panggil dan panggil tapi tidak hargai, maka kami serahkan hal ini ke pihak yang berwajib,”kata Kades,
Kejadian yang memalukan dan merusak moral genereasi muda ini, lanjut Kades, sudah melaporkan secara lisan ke Polsek dan sesuai petunjuk Kapolsek, pemerintah desa menghubungi orang tua korban jika mereka merasa perlu segera melaporkan ke Polisi.
“Dengan demikian sore ini (kemarin,red) kami akan mengantarkan pihak orang tua dari anak yang korban untuk menyampaikan laporan resmi ke Kepolisian dalam hal ini Polsek Koemormolin,”tandasnya. [PR-05]